Monday, November 28, 2022

Tuesday, November 15, 2022

Meraih Kasih Allah Swt dengan Ihsan





  • Definisi Ihsan
Pengertian Ihsan dari sisi kebahasaan, kata Ihsan berasal dari kata kerja (fi’il) Hasuna-Yahsunu-Hasanan, artinya baik. Kemudian mendapat tambahan hamzah di depannya, menjadi Ahsana-Yuhsinu-Ihsanan, artinya memperbaiki atau berbuat baik. Menurut istilah, Ihsan pada umumnya diberi pengertian dari kutipan percakapan Nabi Muhammad saw. dengan malaikat Jibril ketika beliau menjelaskan makna Ihsan, yaitu, yang Artinya: “… Rasulullah saw bersabda: ‘Kamu beribadah kepada Allah, seolah-olah kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Ia melihatmu’…” Jadi, Ihsan adalah menyembah Allah Swt. seolah-olah melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka membayangkan bahwa sesungguhnya Allah Swt. melihat perbuatan kita. Dengan kata lain, Ihsan adalah beribadah dengan ikhlas, baik yang berupa ibadah khusus (seperti salat dan sejenisnya) maupun ibadah umum .

  • Pihak-pihak yang berhak mendapatkan Ihsan
1. Ihsan kepada Allah Swt.
Yaitu berlaku Ihsan dalam menyembah/beribadah kepada Allah Swt., baik dalam bentuk ibadah khusus yang disebut ibadah mahdah (murni, ritual), seperti salat, puasa, dan sejenisnya, ataupun ibadah umum yang disebut dengan ibadah gairu mahdah (ibadah sosial), seperti belajar-mengajar, berdagang, makan, tidur, dan semua perbuatan manusia yang tidak bertentangan dengan aturan agama.

2. Ihsan kepada Sesama Makhluk Ciptaan Allah Swt.
Dalam Q.S al-Qashaash/28:77 Allah berfirman:
“…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Swt. telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”







Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa Syukur

 




Syukur dapat diartikan sebagai ungkapan terima kasih kepada pihak yang telah berjasa kepada kita baik dalam bentuk moril maupun materiil. Ibadah adalah proses mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan melakukan segala yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya, serta melakukan sesuatu yang diizinkan-Nya. Bersyukur dapat ditujukan kepada Allah Swt. dan kepada manusia. Perwujudan dari syukur kepada manusia adalah dengan cara membalas perbuatan baik dengan yang lebih baik (ihsān) atau setidaknya sama baiknya, walaupun dalam konteks bersyukur kepada orang tua, tidak ada perbuatan yang dapat setimpal dengan kebaikan mereka, apalagi melebihi.

Begitupun bersyukur kepada Allah Swt. perwujudannya tidak lain adalah dengan beribadah, yaitu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, meskipun tidak ada amal yang dapat mencukupi untuk sekadar berterima kasih atas segala limpahan nikmat-Nya kepada kita. Jika untuk mensyukuri nikmat-Nya saja tidak cukup, apalagi untuk “membeli” surga-Nya. Jadi, kalaupun Allah Swt. memberikan kita surga, tentu bukan karena ibadah kita, tetapi karena besarnya kasih sayang (rahmat) Allah Swt. kepada kita.

Sebagai perwujudan dari rasa syukur tersebut. Dengan kata lain, perwujudan nyata dari syukur kepada Allah Swt. adalah dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah Swt., dan itulah ibadah.

Bersatu dalam Keragaman dan Demokrasi

 Bersatu dalam Keragaman dan Demokrasi





  • Bersatu dalam Keragaman

Pluralitas, kebhinnekaan, keragaman, perbedaan dan kemajemukan merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri. Bahkan dalam tradisi Islam al-Qurān menegaskan hal ini. Pluralitas, kebhinnekaan, keragaman, perbedaan, dan kemajemukan merupakan sunnatullah (Ketetapan Allah Swt.) Sebagaimana dijelaskan dalam beberapa firman-Nya, antara lain QS.Hud/11:118 dan QS.al-Maidah/5:48. Hal ini dapat dimaklumi bahwa perbedaan dan keragaman merupakan Keputusan Allah Swt. 

Islam telah memberikan sinyal bagaimana kaum muslimin menyelesaikan perbedaan dengan bermusyawarahlah dalam segala urusan (QS.Ali-Imran/3:159), kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah Swt. (al-Qurān) dan Rasul (Sunahnya) (QS.an-Nisa’/4:59).

Artinya: ”Maka disebabkan rahmat dari Allah Swt. lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt. menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”

Friday, November 11, 2022

Indahnya Membangun Mahligai Rumah Tangga

 



Pengertian Pernikahan

Secara bahasa, arti “nikah” berarti “mengumpulkan, menggabungkan, atau menjodohkan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”nikah” diartikan sebagai “perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi) atau “pernikahan”. Sedang menurut syari’ah, “nikah” berarti akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing.

Tujuan Pernikahan

a. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi
b. Untuk mendapatkan ketenangan hidup
c. Untuk membentengi akhlak
d. Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah Swt.
e. Untuk mendapatkan keturunan yang saleh
f. Untuk menegakkan rumah tangga yang Islami

Hukum Pernikahan

Para ulama menyebutkan bahwa nikah diperintahkan karena dapat mewujudkan maslahat, memelihara diri, kehormatan, mendapatkan pahala dan lain-lain. Oleh karena itu, apabila pernikahan justru membawa mudharat maka nikah pun dilarang. Karena itu hukum asal melakukan pernikahan
adalah mubah.

Para ahli fikih sependapat bahwa hukum pernikahan tidak sama penerapannya kepada semua mukallaf, melainkan disesuaikan dengan kondisi masingmasing, baik dilihat dari kesiapan ekonomi, fisik, mental ataupun akhlak. Karena itu hukum nikah bisa menjadi wajib, sunah, mubah, haram, dan makruh. Penjelasannya sebagai berikut.

Wajib, yaitu bagi orang yang telah mampu baik fisik, mental, ekonomi maupun akhlak untuk melakukan pernikahan, mempunyai keinginan untuk menikah, dan jika tidak menikah, maka dikhawatirkan akan jatuhpada perbuatan maksiat, maka wajib baginya untuk menikah.

Sunnah, yaitu bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk menikah namun tidak dikhawatirkan dirinya akan jatuh kepada maksiat, sekiranya tidak menikah. Dalam kondisi seperti ini seseorang boleh
melakukan dan boleh tidak melakukan pernikahan.

Mubah, bagi yang mampu dan aman dari fitnah, tetapi tidak membutuhkannya atau tidak memiliki syahwat sama sekali seperti orang yang impoten atau lanjut usia, atau yang tidak mampu menafkahi,
sedangkan wanitanya rela dengan syarat wanita tersebut harus rasyidah (berakal).

Haram, yaitu bagi orang yang yakin bahwa dirinya tidak akan mampu melaksanakan kewajiban-kewajiban pernikahan, baik kewajiban yang berkaitan dengan hubungan seksual maupun berkaitan dengan kewajiban-kewajiban lainnya. Pernikahan seperti ini mengandung bahaya bagi wanita yang akan dijadikan istri. Sesuatu yang menimbulkan bahaya dilarang dalam Islam.






Thursday, October 20, 2022

Rosul Ulul Azmi & Tugas Rosul-rosul Allah Swt

 Rosul Ulul Azmi  & Tugas Rosul-rosul Allah Swt




-          Rasul Ulul azmi adalah Rosul yang diberikan kesabaran dan ketabahan yang sangat luar biasa dalam menghadapi kaumnya. Ulul Azmi adalah suatu gelar yang diberikan kepada rasul yang memiliki kesabaran dan ketabahan yang luar biasa dalam menghadapi kaumnya. yang termasul Ulul Azmi : Nabi Nuh As, Nabi Ibrahim As, Nabi Musa AS, Nabi Isa As, dan Nabi Muhammad SAW.

      Tugas Rasul

Rasul Allah mempunyai tugas mulia dalam menyampaikan risalah-Nya. Di bawah ini adalah  tugas rasul Allah.

a.    Menyampaikan amanat Allah dengan jelas Para rasul adalah duta-duta Allah yang diutus kepada para hamba-Nya. Mereka adalah para pembawa wahyu Allah. Tugas utamanya menyampaikan amanat yang diembannya kepada manusia. Allah Swt. beriman:

Artinya: Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Rabbmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir ” (Q.S. Al-Maidah/5: 67).

b. Menyeru umatnya kepada Allah

 Para rasul mempunyai tugas untuk menyeru kepada umatnya agar menyembah Allah Swt.

c. Membawa kabar gembira dan memberi peringatan Dalam mengemban tugas, rasul Allah ditugaskan untuk menyampaikan kabar gembira dan juga peringatan kepada umatnya. Mengapa? Dalam berdakwah kepada Allah sangat erat dengan penyampaian kabar gembira dan peringatan (ancaman). Hal ini sesuai dengan Q.S. al-Kahf/18: 56.

Artinya: Dan Kami tidak mengutus Rasul-Rasul melainkan sebagai pembawa kabar    gembira dan memberi peringatan…. (Q.S. al-Kahf/18: 56)

d. Nabi Muhammad Saw. menyampaikan risalah untuk rahmat bagi alam semesta, sebagaimana firrman Allah Swt.

Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi   semesta alam.” (Q.S. al-Anbiya’/21:107).

 e.    Manusia lebih mengenal hakikat dirinya bahwa manusia diciptakan Allah adalah untuk mengabdi dan menyembah kepada Allah Swt.

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S. al-Zariyat/51:56).





Wednesday, October 19, 2022

Hikmah Beriman kepada Hari Akhir

 Hikmah Beriman kepada Hari Akhir


Semua Ciptaan Allah Swt yang lahir di dunia mempunyai hikmah karena Allah Swt tidak menjadikan sesuatu sia-sia belaka tanpa tujuan dan hikmah di dalamnya. Di bawah ini beberapa hikmah iman kepada hari akhir :

1. Muncul rasa kebencian yang dalam kepada kemaksiatan dan kebejatan moral yang mengakibatkan murka Allah Swt di dunia dan di akherat.

2. Menyejukkan dan menggemirakan hati orang-orang mukmin dengan segala kenikmatan akhirat yang sama sekali tidak dirasakan di alam dunia ini.

3. Senantiasa tertanam kecintaan dan ketaatan terhadap Allah Swt.

4. Senantiasa termotivasi untuk beramal baik dengan ikhlas.

5. Senantiasa menghindari niat-niat yang buruk apalagi melaksanakannya.

6. Menjauhkan diri dari asumsi-asumsi yang mengkiaskan apa yang ada di dunia ini dengan apa yang ada di akherat.

Semangat Beribadah dengan Meyakini Hari Akhir

 

Semangat Beribadah dengan Meyakini Hari Akhir


Hari Kiamat Menurut Al-Qur'an

Hari Akhir atau Hari Kiamat Menurut Al-Qur'an dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

a. Kiamat Sugra (Kecil)

Kiamat Sugra adalah peristiwa datangnya kematian bagi semua makhluk termasuk manusian yang bersifat lokal dan individu.

b. Kiamat Kubra (Besar)

Peristiwa berakhirnya seluruh kehidupan makhluk dan hancur leburnya alam semesta secara total dan serentak.


Periode Hari Akhir


Setelah alam semesta hancur secara total dan kehidupan semua makhluk Allah Swt. Berakhir, maka mulailah manusia menjalani tahapan kehidupan baru dan proses menuju alam baqa'. Tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Yaumul Ba'ats

Yaumul ba'ats adalah proses kebangkitannya seluruh makhluk dari alam kubur.

2. Yaumul Hasyr

Yaumul Hasyr yaitu : hari berkumpulnya manusia setelah diangkitkan dari kuburnya masing-masing.

3. Buku Catatan

Setiap manusia di alam mahsyar mempunyai buku catatan yang sudah dicatat malaikat raqib dan atid. Kitab catatan ini berisi semua perbuatan dan perkataan manusia sewaktu hidup di dunia.

4. Yaumul Hisab dan Mizan

Yaumul Hisab adalah hari ketika Allah Swt memperlihatkan semua amalan di akhirat untuk dihisab.

Yaumul Mizan adalah timbangan yang adil berisi kebajikan dan kejahatan yang telah diperbuat setiap manusia.

5. Yaumul Jaza'

Yaumul Jaza' yaitu suatu hari ketika semua manusia akan menerima balasan Allah Swt.

Wednesday, January 5, 2022

Iman Kepada Rosul-rosul Allah Swt

 Iman Kepada Rosul-rosul Allah Swt


A. Pengertian Iman Kepada Rosul-rosul Allah.


    Iman Kepada rasul berarti meyakini bahwa rasul itu benar benar utusan Allah Swt yang ditugaskan untuk memimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat.

B. Sifat Rosul-rosul Allah Swt.


     Rasul sebagai utusan Allah Swt memiliki sifat-sifat yang melekat pada dirinya, Sifat-sifat ini sebagai bentuk kebenaran seorang rosul, Sifat-sifat tersebut adalah sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz.

1. Sifat Wajib

    Sifat wajib artinya sifat yang pasti ada pada diri rosul, tidak bisa disebut seorang rosul jika tidak memiliki sifat-sifat ini. Sifat wajib ini ada 4, yaitu :

a. As-Siddiq

    Yaitu rasul selalu benar baik perkataan maupun perbuatan.

b. Al-Amanah

    Yaitu rasul selalu dapat dipercaya.

c. At-Tablig

    Yaitu rasul selalu menyampaikan wahyu.

d. Al-Fatanah

    Yaitu rasul memiliki kecerdasan yang tinggi.

2. Sifat Mustahil

    Sifat Mustahil adalah sifat yang tidak mungkin ada pada diri rasul. Sifat Mustahil ini lawan dari sifat wajib, yaitu sebagai berikut :

a. Al-Kizzib

    Yaitu mustahil rasul itu berbohong atau berdusta.

b. Al-Khianah

    Yaitu mustahil rasul itu khianat.

c. Al-Kitman

    Yaitu mustahil rasul menyembunyikan kebenaran.

d. Al-Baladah

    Yaitu mustahil itu bersifat bodoh.

3. Sifat Jaiz

    Sifat jaiz bagi rosul adalah sifat kemanusiaan, yaitu al-ardul basyariyah, artinya rasul memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia seperti biasa seperti rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga dan lain sebagainya. Bahkan seorang rasul tetap meninggal sebagai mana makhluk lainnya.


    Selain tersebut di atas, rasul juga memiliki sifat-sifat yang tidak terdapat pada selain rasul, yaitu sebagai berikut :

1. Ishmaturrasul adalah orang yang ma'shum, terlindung dari dosa dan salah dalam kemampuan pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan wahyu Allah Swt. Sehingga selalu siaga dalam menghadapi tantangan dan tugas apapun.

2. Iltizamurrasul adalah orang-orang yang selalu komitmen dengan apa pun yang mereka ajarkan. Mereka bekerja dan berdakwah sesuai dengan arahan dan perintah Allah Swt. meskipun untuk menjalankan perintah Allah Swt.


C. Tugas Rosul-rosul Allah Swt.

1. Menyampaikan risalah dari Allah Swt.

2. Mengajak kepada Tauhid, yaitu mengajak umatnya untuk meng esakan Allah Swt dan menjauhi perilaku musyrik.

3. Memberi kabar gembira kepada orang mukmin dan memberi peringatan kepada orang kafir.

4. Menunjukkan jalan yang lurus.

5. Membersihkan dan menyucikan jiwa manusia serta mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah.

6. Sebagai Hujjah bagi manusia. Hujjah memiliki makna tanda, bukti, dalil, alasan atau argumentasi (pendapat).


Materi Semester 2 Pendidikan Agama Islam Kelas XI Mipa-Ips

 Materi Pendidikan Agama Islam Kelas XI Mipa-Ips Semester 2

SMA Negeri 4 Purwokerto





1. Iman Kepada Rasul-rasul Allah SWT.

2. Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam.

3. Bangun dan Bangkitlah Wahai Pejuang Islam (Perkembangan Islam Pada Masa Modern).

4. Toleransi Sebagai Alat Pemersatu Bangsa.

Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X

 T ugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X 1. Buatlah kelompok menjadi 5, disetiap kelompok terdidi dari 5-6 peserta didik. 2. me...