Saturday, March 6, 2021

Ringkasan Materi Patuh kepada kedua Orang Tua dan Guru


 Hormat dan Patuhi Orang Tua dan Guru

 

1. Hormat dan Patuhi Orang Tua


 

Hormat dan patuh kepada orang tua adalah kewajiban setiap anak. Dalam agama Islam mengajarkan berbakti kepada orang tua adalah hal yang sangat penting. Istilah lain berbakti kepada orang tua adalah bir al-walidain. Maksud berbakti, menurut al-Atsari adalah menaati kedua orang tua dengan melakukan semua apa yang mereka perintahkan selama hal tersebut tidak bermaksiat kepada Allah Swt.

Bukti nyata perhatian Islam terhadap perintah berbakti kepada orang tua, setidaknya ada empat ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang perintah berbakti kepada orang tua disandingkan dengan larangan menyekutukan Allah Swt., di antaranya dalam Q.S. al-Isra/17: 23-24 yang memiliki arti :

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil
(Q.S. Al-Isra/17: 23 - 24).

Dari Q.S. al-Isra ayat 23, ada kata qadha, kalau dilihat dari beberapa tafsir mempunyai makna yang berbeda. Misalnya, Ibnu Katsir mengartikan dengan mewasiatkan, sedangkan al-Qurtuby mengartikan dengan memerintahkan, menetapkan, dan mewajibkan. Secara umum, ayat di atas menegaskan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua. Apalagi melihat redaksi ayat tersebut, sebelum perintah berbuat baik kepada orang tua, dilarang menyekutukan Allah Swt. Asy- Syaukani dalam hal ini menjelaskan, “Allah memerintahkan untuk berbuat baik dan beribadah kepada-Nya. Ini pemberitahuan tentang betapa besar haq mereka berdua, sedangkan membantu urusan-urusan mereka, maka ini adalah perkara yang tidak bersembunyi lagi (perintahnya).”

Bagaimana bentuk berbuat baik kepada orang tua? Setidaknya ada lima hal yang dapat kita ambil pelajaran dari Q.S. al-Isra/17:23-24, yaitu, sebagai berikut.


a. Jangan engkau mengatakan kepada keduanya uf

Dalam Q.S. al-Isra ayat 23 di atas, seorang anak dilarang mengatakan uf. Menurut Quraisy Syihab, bukan karena kata itu, tetapi kandungan kata itu oleh masyarakat Arab, hal tersebut dianggap penghinaan. Sedangkan menurut Imam Ja’far Shadiq mengatakan jika ada perkataan yang lebih ringan dari “ah”, maka Allah akan menyebutkan kata itu. Dalam Al-Qur’an dan terjemahnya yang dikeluarkan Kementerian Agama, kata uf diartikan dengan ah. Mengapa tidak boleh? karena kata tersebut di masyarakat dinilai sebagai ucapan kekesalan dan penghinaan. Pertanyaannya, berkata ah saja tidak boleh, apalagi kata yang lebih panjang yang menyakiti hati orang tua?

b. Jangan membentak keduanya (walaa tanharhumaa)
Ayat ini melarang anak membentak kepada orang tua, baik berupa lisan maupun sikap. Dengan membentak tentunya orang tua akan sakit hati, padahal orang tua yang merawat, membesarkan, dan mendidik anaknya.
c. Bertutur kata dengan perkataan yang baik (waqul lahumaa qaulan karima)
Ini adalah perintah anak kepada orang tua agar bertutur kata dengan ucapan yang baik. Jangan sampai melakukan yang diungkap sebelumnya, yaitu berkata ah atau membentaknya.
d. Merendahkan diri kepada orang tua dengan penuh kasih sayang (wakhdz lahumaa janaaha al-dzulli min ar-rahmah)
Meskipun orang tuanya secara pendidikan lebih rendah, anak tidak boleh merasa sombong. Dengan kata lain, kita dilarang merendahkan diri kepada orang tua baik lisan maupun tindakan.

e. Selalu mendoakan orang tua
Sebagai anak shaleh dan shalehah, tentunya kita selalu mendoakan orang tua. Bagi yang masih hidup, didoakan semoga selalu diberi kesehatan, kemudahan dalam mencari rezeki, dan selalu dalam bimbingan Allah Swt. Sedangkan bagi orang tuanya yang sudah meninggal dunia, didoakan, semoga diampuni segala dosanya dan diberi kenikmatan di alam barzakh.

2. Hormati dan Patuhi Guru



Dengan kata lain, guru mempunyai dua tugas yang mulia, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan dan membentuk karakter peserta didik. Dalam kajian Islam, guru disebut dengan murabbi, mu’alim, dan mu’addib. Chabib Thoha memberikan pengertian murabbi adalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat rabbani yaitu nama bagi orang-orang yang bijaksana dan terpelajar dalam bidang pengetahuan. Sedangkan mu’alim bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan atau keterampilan.
Sementara mua’adib adalah memberi adab dan mendidik peserta didik. Antara ketiga hal tersebut, seharusnya menjadi satu kesatuan yang harus dimiliki guru. Melihat tugas yang mulia tersebut, pakar pendidikan Islam, Muhammad Athiyyah al-Abrasyi menyamakan dengan ‘ulama.

Guru adalah pewaris para nabi. Mengapa? Karena melalui guru, ilmu yang para nabi, disampaikan kepada umat manusia. Bahkan ulama klasik, al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumudin menegaskan: “Seseorang yang berilmu kemudian bekerja dengan ilmunya, dialah yang dinamakan besar di bawah kolong langit. Ia ibarat matahari yang mencahayai dirinya sendiri dan menyinari orang lain, ibarat minyak kasturi yang baunya dinikmati orang lain dan ia sendiri pun harum. Siapa yang bekerja di bidang pendidikan, sesungguhnya ia telah memilih pekerjaan yang terhormat dan yang sangat penting, hendaknya ia memelihara adab dan sopan santun dalam tugasnya.”

Cara Berbakti kepada Guru
Dalam berbakti kepada guru dibedakan menjadi dua, yaitu pertama, guru yang sekarang masih mengajar di sekolahmu dan kedua, guru yang pernah mengajarmu pada jenjang sebelumnya.
Dari keduanya akan dijelaskan sebagai berikut.
1) Di antara cara berbakti kepada guru yang masih mengajar di
sekolahmu, adalah:
a) saat bertemu di sekolah ataupun di luar sekolah, menyampaikan senyum, salam, dan sapa.

b) membantu menyiapkan persiapan pembelajaran di kelas, misalnya menghapus tulisan di papan tulis.
c) memperhatikan guru saat menjelaskan materi pembelajaran;
d) apabila bertanya, disampaikan dengan cara yang santun;
e) melaksanakan tugas pelajaran dengan sebaik-baiknya.

No comments:

Post a Comment

Cara Menjaga al-Kulliyatu al-Khamsah

 Cara Menjaga al-Kulliyatu al-Khamsah Cara menjaga lima prinsip dasar hukum Islam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1) min nahiyati a...