Monday, February 26, 2024

Memaksimalkan Potensi Diri untuk Menjadi yang Terbaik

 Pengertian Bekerja Keras dan Bertanggung Jawab 

a. Bekerja Keras 

Bekerja Keras berarti berusaha atau berikhtiar secara sungguh-sungguh, dengan kata lain bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguhsungguh untuk mencapai suatu yang dicita-citakan. Orang yang bekerja keras tidak berarti harus “banting tulang” dengan mengeluarkan tenaga secara fisik, akan tetapi  dapat dilakukan dengan berpikir sungguh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya atau belajar sungguh-sungguh untuk mencari ilmu. 

b. Bertanggung Jawab 

Tanggung Jawab secara bahasa artinya keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, mananggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Secara istilah tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Bertanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Artinya bertanggung jawab itu sudah merupakan bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. 

Korelasi antara Perilaku Kerja Keras, Jujur, Tanggung Jawab, Adil dan Toleransi dalam Kehidupan Sehari Hari


Orang yang bekerja keras akan dengan senang hati menjalani kehidupan ini. Setiap detik kehidupan yang dijalaninya adalah kerikil kecil bagi dasar bangunan masa tuanya. Setiap detak nafas kehidupan dilaluinya dengan kepuasan hati. Dan setiap langkahnya adalah perbuatan yang bermanfaat bagi siapa saja yang dijumpainya. Rasulullah saw. adalah manusia paling mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasulpun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda; “Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada”, inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya. Rasulullah saw. tidak pernah mencium tangan para pemimpin Quraisy, tangan para pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah saw. Padahal tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah saw. justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras.


Wednesday, February 21, 2024

Tugas PAI KELAS XII MIPA

 



Tugas PAI KELAS XII MIPA

Tulislah arti hadits dibawah ini dan carilah di media internet mengenai penjelasan hadits di bawah ini !


Rasulullah saw. bersabda; “Bersegeralah melakukan aktivitas kebajikan sebelum dihadapkan pada tujuh penghalang. Akankah kalian menunggu kefakiran yang menyisihkan, kekayaan yang melupakan, penyakit yang menggrogoti, penuaan yang melemahkan, kematian yang pasti, ataukah dajjal, kejahatan terburuk yang pasti datang, atau bahkan kiamat yang sangat amat dahsyat? (H.R.AtTirmidzi) 

Tuesday, February 13, 2024

Hikmah dan Manfaat Sikap Berani Membela Kebenaran dalam Kehidupan

Hikmah dan Manfaat Sikap Berani Membela Kebenaran dalam Kehidupan

a) Manfaat bagi diri sendiri 

Seorang mukmin yang memiliki sifat syaja’ah akan memiliki kualitas mental dan bersikap dewasa dalam menghadapi semua persoalan. Ia akan senantiasa bersikap berani memperjuangkan kebenaran dan tidak sampai hati membiarkan terjadinya kemunkaran. 

b) Manfaat bagi keluarga 

Keluarga yang mendidik dan membiasakan perilaku syaja’ah bagi semua anggotanya, akan hidup dengan tenteram dan nyaman. Mereka tidak akan takut kekurangan materi duniawi, karena segala sesuatu dianggap sebagai sebuah kenikmatan sementara yang bisa mengurangi kadar keberanian dalam mendahulukan perintah Allah Swt. 

c) Manfaat bagi agama, negara dan bangsa 

Bangsa yang besar akan terwujud jika masyarakatnya terbiasa dan memiliki budaya berani (syaja’ah) dalam setiap langkahnya. Lihatlah bagaimana Rasulullah Saw. memimpin Madinah sebagai kepala negara dan pemimpin agama Islam sekaligus, hingga Islam berkembang dan mencapai kejayaan. Karena dilandasi dengan sifat keberanian yang berdasarkan berlandaskan pada norma dan syariat agama sehingga masyarakatnya merasa aman, nyaman, tenteram, toleran dan dalam kemakmuran, meskipun hidup dalam keberagaman. 

Faktor Pembentuk Sikap Berani Membela Kebenaran dalam Kehidupan

 Faktor Pembentuk Sikap Berani Membela Kebenaran dalam Kehidupan 


Berikut ini merupakan faktor pembentuk sikap syaja’ah pada diri seorang muslim yaitu: 

1) Takut kepada Allah Swt. Keyakinan seseorang, bahwa setiap yang dilakukannya adalah dalam rangka menjalankan perintah Allah Swt. niscaya tidak akan pernah muncul rasa takut terhadap apa pun, kecuali hanya takut kepada Allah Swt. 
2) Mencintai kehidupan akhirat. Dunia bukanlah tujuan akhir dari seorang mukmin, melainkan sebuah wasilah dan jembatan antara menuju kehidupan akhirat. Sehingga tidak ada ketakutan bagi seorang muslim untuk kehilangan kehidupan dunia, asalkan ia tidak kehilangan kebahagiaan hidup di akhirat. 
3) Tidak takut menghadapi kematian. Kematian adalah sebuah keniscayaan, karena semua makhluk hidup pasti akan mati. Jika ajal sudah datang, maka tidak ada kekuatan apa pun yang mampu menghalanginya. 
4) Tidak ragu-ragu dengan kebenaran. Seorang muslim yang memiliki keyakinan terhadap kebenaran dan keadilan, akan siap sedia menghadapi risiko apa pun yang mungkin timbul. 
5) Tidak materialistis. Dalam berjuang, ketersediaan materi memang mutlak diperlukan, namun bukan berarti segala-galanya harus dikalkulasi secara materil. 
6) Berserah diri dan yakin akan pertolongan Allah Swt. Orang yang memiliki keberanian untuk berjuang di jalan Allah Swt. tidak akan pernah merasa takut, karena ia akan senantiasa melakukan upayanya selayaknya prosedur yang diajarkan agama yaitu berusaha dengan keras, diimbangi dengan doa, dan selebihnya tawakal dan berserah diri dengan segala ketetapan Allah Swt.
7) Kristalisasi Pendidikan karakter dari keluarga, masyarakat dan sekolah Membentuk sikap syaja’ah memerlukan waktu yang panjang dan peran dari berbagai stake holder terutama catur pusat pendidikan yang terkait yaitu: a. Campur tangan utama dari pola asuh dan pola didik  dalam keluarga 
b. Faktor habituasi dan adat istiadat di masyarakat 
c. Program-program penguatan karakter yang dilakukan di sekolah d. Kajian dan penguatan di majelis-majelis taklim Semuanya harus berjalan secara sinergis dan bertujuan yang sama untuk membentuk karakter seseorang memiliki jiwa yang pemberani, tidak pengecut, tidak lemah namun tetap berlandaskan pada norma dan kaidah agama.

sumber :



Menjauhi perilaku Madzmumah dan membiasakan perilaku Mahmudah

Menjauhi perilaku madzmumah dan membiasakan perilaku mahmudah


Deinisi Berani Membela Kebenaran 

Berani dalam Islam sering disebut dengan istilah syaja’ah  Menurut bahasa syaja’ah berarti berani atau gagah. Sedangkan arti syaja’ah menurut istilah adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela kebenaran dengan cara yang ksatria dan terpuji. Syaja’ah merupakan suasana bathiniah seseorang yang direalisasikan dalam sikap lahiriah untuk berani mengambil tindakan dengan penuh keyakinan dan siap dengan segala risikonya.

Implementasi Sikap Berani Membela Kebenaran dalam Kehidupan 

Adapun implementasi dari sikap berani membela kebenaran dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dalam perilaku sebagai berikut: a) Berani menghadapi musuh di medan pertempuran (jihad ii sabiilillah) Dalam konteks ini, keberanian yang nyata adalah keberanian sebagaimana yang dicontohkan oleh generasi pertama umat Islam. Mereka tidak takut menghadapi kematian, tidak terjebak pada hubbu ad-dunya dan lebih mencintai kehidupan akhirat, sehingga ketika datang panggilan jihad, maka mereka akan menyambut dengan semangat yang tinggi. 

b) Berani mengatakan kebenaran. Pada tatanan kehidupan saat ini, tidak semua orang berani untuk menyampaikan kebenaran karena khawatir terhadap risiko yang akan ditanggungnya. Lebih banyak orang yang tampil menjadi pengecut, bermain aman dengan menyembunyikan kebenaran yang diketahuinya karena takut menghadapi risiko yang akan ditimbulkannya. 

c) Berani menyimpan dan menjaga rahasia. Menjaga rahasia adalah perkara yang sangat penting tetapi sulit untuk dilakukan pada era kemajuan teknologi saat ini. Tidak semua orang mampu menyimpan rahasia yang merupakan amanah yang harus senantiasa dijaga. Dalam hitungan detik, seseorang yang tidak amanah, akan mampu menebar aib dan rahasia orang lain dengan membuat broadcast message melalui media sosial.

d) Memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Seseorang yang memiliki keberanian, haruslah diimbangi dengan daya tahan tubuh yang besar, karena ia akan menghadapi kesulitan, penderitaan dan risiko yang akan terjadi. 

e) Mampu mengendalikan hawa nafsu. Rasulullah Saw. telah bersabda bahwa orang yang disebut pemberani, bukanlah orang yang kuat berkelahi, melainkan orang yang mampu mengendalikan nafsunya dengan baik karena menghindari murka dan berharap berkah dari Allah Swt. 

f) Berani mengakui kesalahan. Mengakui kesalahan bukanlah persoalan yang mudah. Dibutuhkan keberanian tersendiri agar memiliki jiwa yang besar dan hati yang lapang untuk mengakui kesalahan. Tidak sedikit orang yang memilih untuk mengelak dan mengingkari kesalahan dan justru menimpakan kesalahan tersebut kepada orang lain.

g) Berani objektif menilai diri sendiri. Setiap muslim harus mampu melakukan muhasabah dan introspeksi ke dalam dirinya masing-masing untuk melihat kekurangan dan kelebihan diri sendiri sebelum melihat dan menilai orang lain. Berani bersikap objektif berarti berani jujur terhadap dirinya sendiri. 

Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X

 T ugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas X 1. Buatlah kelompok menjadi 5, disetiap kelompok terdidi dari 5-6 peserta didik. 2. me...