Thursday, March 11, 2021

Pengertian dan Hikmah Toleransi, Rukun, dan Menghindarkan Diri dari Tindakan Kekerasan

 


         Setiap manusia dalam kehidupannya senantiasa akan membutuhkan ketenangan, kenyamanan, dan penuh dengan perdamaian. Ketiga hal tersebut dapat tercapai apabila tertanam sikap toleransi, rukun, dan menghindari tindak kekerasan.

1. Toleransi

      Toleransi dapat diartikan sebagai membiarkan atau menghargai orang lain yang memiliki perbedaan dengan mayoritas dan tidak  memperlakukannya dengan kekerasan atau sikap kasar.

   Perilaku toleransi dalam kehidupan sehari-hari akan memberikan hikmah dan maanfaat dalam kehidupan. Adapun hikmah dari perilaku toleransi  sebagai berikut :

a. Mencegah perpecahan dalam kehidupan.

b. Menumbuhkan saling menghargai dan menghormati.

c. Menumbuhkan kesadaran dan saling pengertian.

d. Memelihara kerukunan.

e. Mengokohkan kebersamaan.

f. Menciptakan rasa tanggung jawab.

g. Menumbuhkan kepekaan sosial antar anggota masyarakat.

 


2. Kerukunan

        Hidup rukun adalah suatu keadaan hidup tenang, damai, bersaudara, tidak bermusuhan antara satu individu  atau kelompok dengan individu atau kelompoklainnya.

Kerukunan yang dijalin dengan sesama tanpa membedakan latar belakangnya akan melahirkan berbagai hikmah antara lain sebagai berikut :

a. Kehidupan akan terasa tenang, tenteram,  dan damai.

b. Saling menghargai penuh kekeluargaan.

c. Rasa Kebersamaan dengan dilandasi persatuan dan kesatuan.

d. Menumbuhkan tanggung jawab untuk saling melindungi.

e. Meningkatkan sikap gotong royong dalam hal-hal yang positif.


 

3. Menghindarkan Diri dari Tindak Kekerasan.

        Tindakan kekerasan termasuk perbuatan zalim dan termasuk dosa besar yang tidak boleh dilakukan oleh seorang muslim. Kezaliman yang dilakukan seseorang akan menjadi salah satu penghalang dirinya mendapat kasih sayang Allah Swt pada hari kiamat.

        Hikmah dari sikap menghindari tindakan kekerasan :

a. Akan menghiasi pribadi seseorang dengan kebaikan.

b. Hidup akan terasa tenang, tenteram dan damai.

c. Terjalin kerja sama, persatuan dan kesatuan di lingkungan masyarakat.




 

Saturday, March 6, 2021

Ringkasan Materi Patuh kepada kedua Orang Tua dan Guru


 Hormat dan Patuhi Orang Tua dan Guru

 

1. Hormat dan Patuhi Orang Tua


 

Hormat dan patuh kepada orang tua adalah kewajiban setiap anak. Dalam agama Islam mengajarkan berbakti kepada orang tua adalah hal yang sangat penting. Istilah lain berbakti kepada orang tua adalah bir al-walidain. Maksud berbakti, menurut al-Atsari adalah menaati kedua orang tua dengan melakukan semua apa yang mereka perintahkan selama hal tersebut tidak bermaksiat kepada Allah Swt.

Bukti nyata perhatian Islam terhadap perintah berbakti kepada orang tua, setidaknya ada empat ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang perintah berbakti kepada orang tua disandingkan dengan larangan menyekutukan Allah Swt., di antaranya dalam Q.S. al-Isra/17: 23-24 yang memiliki arti :

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil
(Q.S. Al-Isra/17: 23 - 24).

Dari Q.S. al-Isra ayat 23, ada kata qadha, kalau dilihat dari beberapa tafsir mempunyai makna yang berbeda. Misalnya, Ibnu Katsir mengartikan dengan mewasiatkan, sedangkan al-Qurtuby mengartikan dengan memerintahkan, menetapkan, dan mewajibkan. Secara umum, ayat di atas menegaskan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua. Apalagi melihat redaksi ayat tersebut, sebelum perintah berbuat baik kepada orang tua, dilarang menyekutukan Allah Swt. Asy- Syaukani dalam hal ini menjelaskan, “Allah memerintahkan untuk berbuat baik dan beribadah kepada-Nya. Ini pemberitahuan tentang betapa besar haq mereka berdua, sedangkan membantu urusan-urusan mereka, maka ini adalah perkara yang tidak bersembunyi lagi (perintahnya).”

Bagaimana bentuk berbuat baik kepada orang tua? Setidaknya ada lima hal yang dapat kita ambil pelajaran dari Q.S. al-Isra/17:23-24, yaitu, sebagai berikut.


a. Jangan engkau mengatakan kepada keduanya uf

Dalam Q.S. al-Isra ayat 23 di atas, seorang anak dilarang mengatakan uf. Menurut Quraisy Syihab, bukan karena kata itu, tetapi kandungan kata itu oleh masyarakat Arab, hal tersebut dianggap penghinaan. Sedangkan menurut Imam Ja’far Shadiq mengatakan jika ada perkataan yang lebih ringan dari “ah”, maka Allah akan menyebutkan kata itu. Dalam Al-Qur’an dan terjemahnya yang dikeluarkan Kementerian Agama, kata uf diartikan dengan ah. Mengapa tidak boleh? karena kata tersebut di masyarakat dinilai sebagai ucapan kekesalan dan penghinaan. Pertanyaannya, berkata ah saja tidak boleh, apalagi kata yang lebih panjang yang menyakiti hati orang tua?

b. Jangan membentak keduanya (walaa tanharhumaa)
Ayat ini melarang anak membentak kepada orang tua, baik berupa lisan maupun sikap. Dengan membentak tentunya orang tua akan sakit hati, padahal orang tua yang merawat, membesarkan, dan mendidik anaknya.
c. Bertutur kata dengan perkataan yang baik (waqul lahumaa qaulan karima)
Ini adalah perintah anak kepada orang tua agar bertutur kata dengan ucapan yang baik. Jangan sampai melakukan yang diungkap sebelumnya, yaitu berkata ah atau membentaknya.
d. Merendahkan diri kepada orang tua dengan penuh kasih sayang (wakhdz lahumaa janaaha al-dzulli min ar-rahmah)
Meskipun orang tuanya secara pendidikan lebih rendah, anak tidak boleh merasa sombong. Dengan kata lain, kita dilarang merendahkan diri kepada orang tua baik lisan maupun tindakan.

e. Selalu mendoakan orang tua
Sebagai anak shaleh dan shalehah, tentunya kita selalu mendoakan orang tua. Bagi yang masih hidup, didoakan semoga selalu diberi kesehatan, kemudahan dalam mencari rezeki, dan selalu dalam bimbingan Allah Swt. Sedangkan bagi orang tuanya yang sudah meninggal dunia, didoakan, semoga diampuni segala dosanya dan diberi kenikmatan di alam barzakh.

2. Hormati dan Patuhi Guru



Dengan kata lain, guru mempunyai dua tugas yang mulia, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan dan membentuk karakter peserta didik. Dalam kajian Islam, guru disebut dengan murabbi, mu’alim, dan mu’addib. Chabib Thoha memberikan pengertian murabbi adalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat rabbani yaitu nama bagi orang-orang yang bijaksana dan terpelajar dalam bidang pengetahuan. Sedangkan mu’alim bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan atau keterampilan.
Sementara mua’adib adalah memberi adab dan mendidik peserta didik. Antara ketiga hal tersebut, seharusnya menjadi satu kesatuan yang harus dimiliki guru. Melihat tugas yang mulia tersebut, pakar pendidikan Islam, Muhammad Athiyyah al-Abrasyi menyamakan dengan ‘ulama.

Guru adalah pewaris para nabi. Mengapa? Karena melalui guru, ilmu yang para nabi, disampaikan kepada umat manusia. Bahkan ulama klasik, al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumudin menegaskan: “Seseorang yang berilmu kemudian bekerja dengan ilmunya, dialah yang dinamakan besar di bawah kolong langit. Ia ibarat matahari yang mencahayai dirinya sendiri dan menyinari orang lain, ibarat minyak kasturi yang baunya dinikmati orang lain dan ia sendiri pun harum. Siapa yang bekerja di bidang pendidikan, sesungguhnya ia telah memilih pekerjaan yang terhormat dan yang sangat penting, hendaknya ia memelihara adab dan sopan santun dalam tugasnya.”

Cara Berbakti kepada Guru
Dalam berbakti kepada guru dibedakan menjadi dua, yaitu pertama, guru yang sekarang masih mengajar di sekolahmu dan kedua, guru yang pernah mengajarmu pada jenjang sebelumnya.
Dari keduanya akan dijelaskan sebagai berikut.
1) Di antara cara berbakti kepada guru yang masih mengajar di
sekolahmu, adalah:
a) saat bertemu di sekolah ataupun di luar sekolah, menyampaikan senyum, salam, dan sapa.

b) membantu menyiapkan persiapan pembelajaran di kelas, misalnya menghapus tulisan di papan tulis.
c) memperhatikan guru saat menjelaskan materi pembelajaran;
d) apabila bertanya, disampaikan dengan cara yang santun;
e) melaksanakan tugas pelajaran dengan sebaik-baiknya.

Friday, March 5, 2021

Pengaruh Gerakan Pembaharuan Terhadap Perkembangan Islam di Indonesia

 


    Gerakan pembaharuan Islam muncul di Mesir, India, dan Turki pada abad modern, secara langsung atau tidak langsung, berpengaruh pada gerakan Islam di Asia Tenggara. Para tokoh Islam di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menyerap secara selektif ide-ide pembaharuan dari tokoh-tokoh Islam luar negeri yang telah disebutkan diatas.

    Pengaruh tersebut diakui oleh para tokoh Islam dan intelektual Islam di Indonesia berikutnya dalam bentuk tulisan-tulisan. Misalnya, pada tahun 1961, Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), menulis buku berjudul Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia. Pada tahun 1969, H.A. Mukti Ali, mantan Menteri Agama Republik Indonesia menulis buku berjudul Alam Pikiran Islam Modern di Indonesia. tahun 1973, tulisan Deliar Noer diterbitkan oleh Oxford University Press berjudul The Modernist Muslim Movement in Indonesia 1900-1942. Buku tersebut terbitkan dalam versi bahasa Indonesia pada tahun 1980 berjudul Gerakan Modern Islam di Indonesia Tahun 1900-1942. Tulisan serupa masih muncul di Indonesia di tahun-tahun berikutnya.

Dari buku H.A Mukti Ali dapat diketahui adanya lima faktor yang mendorong munculnya gerakan pembaharuan Islam di Indonesia, yaitu :

1. Adanya kenyataan ajaran Islam yang bercampur dengan kebiasaan yang bukan Islam.

2. Adanya lembaga-lembaga pendidikan Islam yang kurang efisien.

3. Adanya kekuatan misi dari luar Islam yang mempengaruhi gerak dakwah Islam.

4. Adanya gejala dari golongan intelegensia tertentu yang merendahkan Islam.

5. Adanya kondisi Politik, Ekonomi dan Sosial Indonesia yang buruk akibat penjajahan.



semoga bermanfaat

Monday, March 1, 2021

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN

 Bangun dan Bangkitlah Wahai Pejuang Islam

 

    Saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4 miliar umat Islam yang tersebar di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sekitar 18% hidup di negara-negara Arab, 20% di Afrika, 20 % di Asia Tenggara, 30% di Asia Selatan yakni Pakistan, India dan Bangladesh. Populasi muslim tersebar dalam satu negara dapat dijumpai di Indonesia. Populasi muslim juga dapat ditemukan dalam jumlah yang signifikan di Republik Rakyat Cina, Amerika Serikat, Eropa, Asia Tengah, dan Rusia.


 

    Perkembangan Penduduk muslim yang cukup signifikan tentu saja berpengaruh terhadap umat Islam itu sendiri. Pada Zaman Rosululloh Saw Umat Islam masih sedikit dan oleh karena itu penanganannya juga tidak serumit saat ini. Berbagai macam muslim yang satu sama lain memiliki persepsi tentang Islam, menjadikan Islam berwarna warni. Sepanjang masih saling menghargai dan toleransi antara intern agama, Islam insya Allah akan berkembang pesat dengan baik. Akan tetapi, apabila setiap kelompok mengklaim bahwa kelompoknyalah yang paling benar, inilah awal dari kehancuran. Berdasarkan analisis tersebut, kita sebagai pemeluk agama Islam harus  waspada dan terus belajar tentang Islam secara Kaffah sehingga akhirnya kita menjadi orang yang arif lagi bijaksana.


Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, bahwa periodisasi Islam dibagi menjadi tiga periode, yaitu; Islam pada Masa Klasik, Pertengahan, dan Modern. Sekarang kita akan membahas Islam pada Masa Modern.

1. Islam pada Masa Modern

 

Masa modern, menurut Harun Nasution dimulai dari tahun1800 – sekarang. Masa ini disebut dengan  zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon Bonaparte di Mesir yang berakhir tahun 1801 M, membuka mata dunia Islam, terutama di Turki dan Mesir, akan kemunduran dan kelemahan umat Islam. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir dan mencari jalan untuk mengembalikan kejayaan Islam.Padahal pada periode klasik, Islam menjadi panglima dalam peradaban. Sebaliknya, di Barat pada  masa itu masih mengalami kegelapan. Sedangkan masa modern ini ditandai dengan adanya kesadaran umat Islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk memperoleh kemajuan dalam berbagai bidang,khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi saat itu negara-negara Islam banyak dijajah oleh penjajah. Banyak negara muslim mengikuti gerakan pembaruan tersebut, sehingga lahirlah suatu tatanan baru dalam dunia Islam, yaitu kebangkitan dunia Islam, baik bidang ilmu pengetahuan, politik, pendidikan, maupun kebangkitan melawan penjajah. Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam dikenal dengan gerakan modernisasi atau pembaruan yang didorong oleh tiga faktor.

a. Pemurnian ajaran Islam dan unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam.
b. Menimba gagasan-gagasan pembaruan dan ilmu pengetahuan dari Barat. Hal ini dengan pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa Turki, Mesir, dan India ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa Islam.
c. Kondisi negara-negara Arab, seperti Mesir, Turki di bawah jajahan negara-negara Eropa, khususnya Perancis.


Saturday, March 28, 2020

TOLERANSI SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA



Toleransi Sebagai Alat Pemersatu Bangsa




A.     Pentingnya Perilaku Toleransi  

        Toleransi sangat penting dalam kehidupan manusia, baik dalam berkata­kata maupun dalam bertingkah laku. Dalam hal ini, toleransi berarti menghormati  dan belajar dari orang lain, menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan  di antara kita sehingga tercapai kesamaan sikap. Toleransi merupakan awal dari sikap menerima bahwa perbedaan bukanlah suatu hal yang salah, justru perbedaan harus dihargai dan dimengerti sebagai kekayaan. Misalnya, perbedaan ras, suku, agama, adat istiadat, cara pandang, perilaku, pendapat. Dengan perbedaan tersebut, diharapkan manusia dapat mempunyai sikap toleransi terhadap segala perbedaan yang ada, dan berusaha hidup rukun, baik individu dan individu, individu dan kelompok masyarakat, serta kelompok masyarakat dan kelompok masyarakat yang lainnya.


Terkait pentingnya toleransi Allah Swt menegaskan dalam firmannya sebagai berikut :


Arti Ayat

“Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (al- Qur'an), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Yµnus/10: 40)“Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Yµnus/10: 41)

A.     Menghindari diri dari perilaku tindakan kekerasan.
 
     Manusia dianugerahi oleh Allah Swt. berupa nafsu. Dengan nafsu tersebut, manusia dapat merasakan benci dan cinta. Dengannya pula manusia bisa melakukan persahabatan dan permusuhan. Dengannya pula manusia bisa mencapai kebahagiaan ataupun kesengsaraan. Hanya nafsu yang telah berhasil dijinakkan oleh akal saja yang akan mampu menghantarkan manusia kepada kemuliaan. Namun sebaliknya, jika nafsu di luar kendali akal, niscaya akan menjerumuskan manusia ke dalam jurang kesengsaraan dan kehinaan. 

     Permusuhan berasal dari rasa benci yang dimiliki oleh setiap manusia. Sebagaimana cinta, benci pun berasal dari nafsu yang harus bertumpu di atas pondasi akal. Permusuhan di antara manusia terkadang karena kedengkian pada hal­hal duniawi seperti pada kasus Qabil dan Habil ataupun pada kisah Nabi Yusuf as. dan saudara­saudaranya. Terkadang pula permusuhan dikarenakan dasar ideologi dan keyakinan yang berbeda. 

     Akhir­-akhir ini sering sekali tindak kekerasan disebabkan oleh pemahaman dan keyakinan yang berbeda. Karena perbedaan keyakinan dan pemahaman, banyak orang yang menghujat dan berakhir dengan kekerasan.  

     Islam melarang perilaku kekerasan terhadap siapapun, Allah Swt berfirman :

Artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa ba-rangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain (qisas), atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya rasul-rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan- keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.” (Q.S. al-Maidah/5: 32)



        Allah Swt. menjelaskan dalam ayat ini, bahwa setelah peristiwa pembunuhan Qabil terhadap Habil, Allah Swt. menetapkan suatu hukum bahwa membunuh seorang manusia, sama dengan membunuh seluruh manusia. Begitu juga menyelamatkan kehidupan seorang manusia, sama dengan menyelamatkan seluruh manusia. Ayat ini menyinggung sebuah prinsip sosial di mana masyarakat bagaikan sebuah tubuh, sedangkan individu­individu masyarakat merupakan anggota tubuh tersebut. Apabila sebuah anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lainnya pun ikut merasakan sakit. 
       Begitu juga apabila seseorang berani mencemari tangannya dengan darah orang yang tak berdosa, maka pada hakikatnya dia telah membunuh manusia­ manusia lain yang tak berdosa. Dari segi sistem penciptaan manusia, terbunuhnya Habil telah menyebabkan hancurnya generasi besar suatu masyarakat, yang akan tampil dan lahir di dunia ini. Al-Qur’±n memberikan perhatian penuh terhadap perlindungan jiwa manusia dan menganggap membunuh seorang manusia, sama dengan membunuh sebuah masyarakat. 
       Pengadilan di negara­negara tertentu menjatuhkan hukuman qisas, yaitu membunuh orang yang telah membunuh. Di Indonesia juga pernah dilakukan hukuman mati bagi para pembunuh.
  Dalam Q.S. al-Maidah/5: 32 terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik. 
a.          Nasib kehidupan manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan orang lain. Sejarah kemanusiaan merupakan mata rantai yang saling berhubungan. Oleh karena itu, terputusnya sebuah mata rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat manusia. 
b.         Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan mereka. Pembunuhan seorang manusia dengan maksud jahat merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi keputusan pengadilan untuk melakukan eksekusi terhadap seorang pembunuh dalam rangka qisas merupakan sumber kehidupan masyarakat. 
c.          Mereka yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia, seperti dokter, perawat, atau polisi harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau menyelamatkan orang yang sakit dari kematian bagaikan menyelamatkan sebuah masyarakat dari kehancuran. 
Tugas kita bersama adalah menjaga ketenteraman hidup dengan cara mencintai, orang­orang yang berada di sekitar kita. Artinya, kita dilarang melakukan perilaku­ perilaku yang dapat merugikan orang lain, termasuk menyakiti dan melakukan tindakan kekerasan. 
Di Indonesia ada hukum yang mengatur pelarangan melakukan tindak kekerasan, termasuk kekerasan kepada anak dan anggota keluarga, misalnya UU No. 23 Tahun 2002 dan UU No. 23 Tahun 2004.
Menerapkan Perilaku Mulia 
 
      Mari kita renungkan dan amati suasana kehidupan bangsa Indonesia. Kondisi bangsa Indonesia yang berbhinneka ini harus kita pertahankan demi ketenteraman dan kedamaian penduduknya. Salah satu cara mempertahankan kebhinnekaan ini adalah dengan toleransi atau saling menghargai. 
    Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan hidup antarsuku, ras, golongan dan agama harus selalu dijaga dan dibina. Kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah belah saling bermusuhan satu sama lain.
Berikut perilaku­perilaku toleransi yang harus dibina sesuai dengan ajaran Islam. 
1.         Saling menghargai adanya perbedaan keyakinan. Kita tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain agar mereka mengikuti keyakinan kita. Orang yang berkeyakinan lain pun tidak boleh memaksakan keyakinan kepada kita. Dengan memperlihatkan perilaku berakhlak mulia, insya Allah orang lain akan tertarik. Rasulullah saw. selalu memperlihatkan akhlak mulia kepada siapa pun termasuk musuh­musuhnya, banyak orang kafir yang tertarik kepada akhlak Rasulullah saw. lalu masuk Islam karena kemuliaannya. 
2.         Saling menghargai adanya perbedaan pendapat. Manusia diciptakan dengan membawa perbedaan. Kita harus menghargai perbedaan tersebut. 
3.         Belajar empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Bantulah orang yang membutuhkan. Sering terjadi tindak kekerasan disebabkan hilangnya rasa empati. Ketika ingin mengganggu orang lain, harus sadar bahwa mengganggu itu akan menyakitkan, bagaimana kalau itu terjadi pada diri kita. Masih banyak lagi contoh perilaku toleransi yang harus kita miliki. 
Dengan toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan saling menghormati, akan terbina kehidupan yang rukun, tertib, dan damai.


  
                                      

 

                                                Selamat Belajar Semoga Sukses
  

                                Setelah belajar dengerin lagu ini untuk sekedar refreshing 






 


                Semoga terhibur :)
 





Dalil Berlomba- lomba dalam Kebaikan & Etos Kerja

Dalil tentang berloma loma dalam kebaikan Q.S Al- Maidah ayat 48 Kami telah menurunkan kitab suci (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) denga...