1. Islam pada Masa Modern
Masa modern, menurut Harun Nasution dimulai dari tahun 1800 – sekarang. Masa ini disebut dengan zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon Bonaparte di Mesir yang berakhir tahun 1801 M, membuka mata dunia Islam, terutama di Turki dan Mesir, akan kemunduran dan kelemahan umat Islam. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir dan mencari jalan untuk mengembalikan
kejayaan Islam. Padahal pada periode klasik, Islam menjadi panglima dalam peradaban. Sebaliknya, di Barat pada masa itu masih mengalami kegelapan. Sedangkan masa modern ini ditandai dengan adanya
kesadaran umat Islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk memperoleh kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi saat itu negara-negara Islam banyak dijajah oleh penjajah. Banyak negara muslim mengikuti gerakan pembaruan tersebut, sehingga lahirlah suatu tatanan baru dalam dunia Islam, yaitu kebangkitan dunia Islam, baik bidang ilmu pengetahuan, politik, pendidikan, maupun kebangkitan melawan penjajah. Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam dikenal dengan gerakan modernisasi atau pembaruan yang didorong oleh tiga faktor.
a. Pemurnian ajaran Islam dan unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam.
b. Menimba gagasan-gagasan pembaruan dan ilmu pengetahuan dari Barat. Hal ini dengan pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa Turki, Mesir, dan India ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa Islam.
c. Kondisi negara-negara Arab, seperti Mesir, Turki di bawah jajahan negara-negara Eropa, khususnya Perancis.
Pembaruan di beberapa negara tidak terlepas dari peran tokoh-tokohnya yang akan dibahas, di antaranya dari Mesir, yaitu: Muhamammad Ali Pasya, Rifa’ah Baidawi Ra ’at at-Tahtawi, Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha. Kemudian dari Turki, yaitu: Sultan Mahmud II, Namik
Kemal. Sedangkan dari India, yaitu Sayyid Ahmad Khan, dan Muhammad Iqbal.
2. Tokoh-Tokoh Islam pada Masa Modern
a. Muhammad Ali Pasya (1765 – 1849 M) Muhammad Ali Pasya dilahirkan di Kawalla, yang berada di bagian utara Yunani, pada bulan Januari 1765 M. Ayahnya bernama Ibrahim Agha, dari Turki. Secara ekonomi, keluarganya termasuk tidak mampu. Tetapi, ia termasuk anak yang cerdas dan pemberani. Dua hal itulah yang mengantarkannya menjadi pemimpin di Mesir dan salah satu pembaharu di dunia Islam. Salah satu jasa besarnya adalah berhasil menyelamatkan Mesir dari pendudukan Napoleon dari Perancis.Sehingga Sultan di Turki merestui Muhammad Ali menjadi wali Mesir.
Kemudian pemikiran Muhammad Ali Pasya, sebagai berikut .
1) Mengirimkan pelajar Mesir ke Prancis, Italia, Inggris, dan Austria sebanyak 311 antara tahun 1813 - 1849
2) Dalam bidang militer, Ali Pasya melakukan beberapa langkah, yaitu: mendatangkan seorang perwira tinggi Prancis bernama Save untuk melatih tentara militer Mesir. Selain itu, mengirimkan pelajar Mesir untuk belajar kemiliteran di Prancis. Setelah selesai, mereka diminta kembali ke Mesir
untuk mengajar di sekolah militer di Mesir;
3) Dalam bidang ekonomi, Ali Pasya melakukan beberapa langkah, yaitu: memperbaiki irigasi lama, membuat irigasi baru, menanam kapas, mendatangkan ahli dari Eropa, membuka sekolah pertanian.
4) Dalam bidang pendidikan, Ali Pasya melakukan mendirikan sekolah modern, yaitu: Sekolah Militer, Sekolah Teknik, Sekolah Kedokteran, Sekolah Apoteker, Sekolah Pertambangan,Sekolah Pertanian, Sekolah Penerjemahan, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, Politeknik, Sekolah Akunting, Sekolah
Sipil, Sekolah Irigasi, Sekolah Industri, Sekolah Administrasi, Sekolah Pertanian, Sekolah Perwira Angkatan Laut, Sekolah Industri Bahari, Sekolah Tinggi Kedokteran.
Selain itu, Ali Pasya memasukkan ilmu modern ke dalam
kurikulum pendidikan. Ali Pasya mengategorikan sebagai berikut:
a) Ilmu pengetahuan bahasa terdiri dari: bahasa Italia, Perancis,Turki, dan Persia;
b) Ilmu pengetahuan sosial terdiri dari: sejarah, geogra , ekonomi, antropologi, administrasi negara, pendidikan negara, pendidikan kemasyarakatan, lsafat, militer, dan hukum;
c) Ilmu pengetahuan alam terdiri dari: sika, farmasi, ilmu alam, ilmu kedokteran, ilmu teknik, aristek, dan kimia;
d) Matematika dengan pelajaran utama: aritmatika dan matematika;
e) Pengetahuan keterampilan yang terdiri dari: keterampilan umum dan pendidikan kesejahteraan keluarga. Ide Ali Pasya ini berpengarud pada perkembangan Mesir pada masa selanjutnya. Dengan ide tersebut berhasil menjaga stabilitas ekonomi Mesir sehingga berkembang dengan pesat, diantaranya Kairo dan Alexandria. Selain itu, dari kebijakan yang dikeluarkannya, menjadi landasan munculnya tokoh pembaharuan Islam pada masa berikutnya.
b. Rifa’ah Baidawi Ra ’at at-Tahtawi (1801 -1873)
At-Tahtawi, begitu dia sering dipanggil. Nama lengkapnya adalah Rifa’ah Baidawi Ra ’at at- Tahtawi. At-Tahtawi lahir dari keluarga bangsawan dan dibesarkan dalam tradisi keagamaan yang kuat. Saat umur 16 tahun, At-Tahtawi telah menyelesaikan belajarnya di Universitas al-Azhar Kairo. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan masternya di Egyptian Army Mesir. Kemudian, ia belajar selama lima tahun di Perancis. Selama di Perancis, At-Tahtawi menerjemahkan 12 buku dan risalah.
Setelah pulang dari Perancis, At-Tahtawi diangkat menjadi direktur sekolah penerjemahan pada masa pemerintahan Muhamad Ali Pasya. Sekolah penerjemahan memiliki fungsi sebagaimana Baitul Hikmah pada masa kejayaan Dinasti Abasiyah, yaitu sebagai pusat penerjemahan bukubuku Eropa ke dalam bahasa Mesir. Ia berhasil menerjemahkan sekitar 20 buku berbahasa Perancis dan mengedit puluhan karya terjemahan lainnya.
Pokok-pokok pemikiran at-Tahtawi adalah:
1) bidang pendidikan meliputi dua hal, yaitu: pendidikan harus universal dan emansipasi wanita. Pendidikan adalah hak semua golongan, baik laki-laki maupun perempuan, tanpa membedakan status ataupun jenis kelamin. Pandangan ini memiliki dua dampak, yaitu pemerataan pendidikan dan emansipasi. Selain itu, pendidikan tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk kepribadian dan menanamkan sikap rasa cinta terhadap bangsa;
2) bidang ekonomi, yaitu orang Mesir dahulu terkenal kaya lantaran tergantung pada tanah yang subur. Oleh karena itu perlu melakukan perbaikan di bidang pertanian, yaitu dengan menanam pohon kapas, anggur, zaitun, pemeliharaan lebah, ulat sutra, termasuk pengadaan pupuk tanaman yang murah, perbaikan irigasi. Selain itu, menganjurkan untuk melakukan perbaikan jalan yang menghubungkan satu tempat ke tempat lain. Kemudian, perlu juga membangun jembatan dan alat komunikasi;
3) bidang kesejahteraan, At-Tahtawi berpandangan bahwa, kesejahteraan masyarakat atau negara dapat tercapai dengan dua jalan, yaitu: berpegang teguh pada ajaran agama (Islam), dan berbudi pekerti yang baik sehingga mampu melahirkan generasi yang memajukan perekonomian;
4) bidang pemerintahan. Menurutnya, contoh pemerintahan yang paling ideal adalah pemerintahan pada masa Rasulullah Saw. dan para sahabat. Pemerintahan harus dijalankan dengan adil berdasarkan undang-undang. Ia berpandangan bahwa untuk kelancaran pelaksanaan undang-undang tersebut, setidaknya harus ada tiga badan yang terpisah, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif;
5) tentang cinta tanah air atau patriotisme, At-Tahtawi berpandangan bahwa tanah air adalah tanah tumpah darah seseorang, bukan seluruh dunia Islam. Dengan patriotisme ini, At-Tahtawi berpendapat bahwa selain adanya persaudaraan seagama, juga ada persaudaraan setanah air. Persaudaraan satu tanah air ini ternyata lebih dominan sehingga patriotisme menjadi dasar kuat untuk mendorong seseorang atau golongan untuk mendirikan tatanan masyarakat yang beradab.
6) tentang ijtihad, menurut At-Tahtawi bahwa, ijtihad masih terbuka bagi umat Islam. Ijtihad harus dilakukan oleh para ulama yang memenuhi syarat. Konsep ijtihadnya ditulis dalam kitabnya al- Qaul al-Sadid al-Ijtihad wa taqlid;
7) sains modern, menurutnya antara sains dan pemikiran rasional tidak bertentangan dengan syariat Islam. Sains modern memiliki dua peran penting bagi kemajuan peradaban Islam, yaitu: sains modern berperan penting dalam meningkatkan kualitas umat Islam dalam melakukan ijtihad, dan kedua sains modern amat menunjang kesejahteraan kehidupan kaum muslimin di dunia, sebagaimana telah dikembangkan Eropa.